DAARUL BAAROKAH

Abdullah, itu nama yang di kenal semua.

Suatu hari dia menyampaikan hal tak biasa.
Bagaimana tidak, beliau menyampaikan mendapat wakaf begitu saja.

Tempat tidak biasa di jamah manusia.
Deket kuburan lagi, tambah ndak selera.
Jalannya sulit qapalagi bangunan belum ada.

Tiba-tiba beliau menggelar sajadah, katanya mau berdoa.
Kita sempat curiga.
Ternyata do'anya terdengar telinga.

"Ya Allah
Alhamdulillah Engkau anugerahkan wakaf, kepadaku, tapi belum ada santrinya, datangkan kepadaku santri dengan semudah - mudahnya.
Pas ada anak nyari kayu ia bertanya.
Asalnya darimana ? Dari desa sebelah ternyata.

Ia dapat ide dan berkata " Nak kamu mau sekolah ? tanpa biaya".
Tentu saja semua menjawab iya.
" Ajak juga ya temen-temenmu yang pingin sekolah tanpa biaya.

Dalam waktu singkat, 40 anak sudah berkumpul menunggu keputusan mau gimana.
Ada yang miskin, fakir dan yatim, semua dhuafa.
" Di sampaikan ke orang tua ya tanpa biaya tapi di asrama ".

Sebentar mereka sudah membawa jawaban yang di bawa.
Bahkan orang tua meraka gembira.
Di panggilah mereka untuk bicara bersama.

Mereka di minta hadir di pengajian bersama.
Hanya seminggu sekali dan ada snack dan minum juga.
Dan edisi perdana di umumkan waktunya, tiba-tiba desa berganti suasana.

Rame dan mendukung semua.
Begitu berjalan dua bulan tempat itu di kasih nama.
"Darul Baarokah" nama pilihan mereka.
Ketika pesantren mulai berjalan masalah mulai menyapa.

Akomodasi santri ternyata banyak juga.
Kyai Abdullah di pengajian mulai bicara.
Tentang pesantren perjalanan dari masa ke masa.

Jamaah trenyuh juga, bahkan ada yang sampai menitikkan air mata.
Kemudian beliau bertanya
" Apakah masa depan pesantren akan sama ?"
Mari kita sengkuyung dengan apa yang di punya.

Ada yang mensupport tenaga.
Ada yang dengan hasil kebun dan sawah saat berlimpah dan saat panen raya.
Ada yang mensuport dengan biaya.

Berkembang
lah pesantren pesat hampir luasnya seperempat desa.
Dan banyak santri tak terhitung jumlahnya semua.
Tapi kata kepala sekolah ada sekitar 400 an jiwa.

Banyak tamu juga yang beraneka.
Ada yang ingin membantu seadanya.
Ada yang sekedar ingin bertanya, dan minta do'a.

Tapi ramailah pesantren dengan tamu yang ada.
Atas dasar ini masyarakat dan tamu yang datang tak menyangka.
Lebih lagi tempat yang dulunya sunyi itu sudah ramai layaknya kota.

Yang mewakafkan senang atas perkembang
an pesantren dengan santri dari mana - mana.
Beliau terus menambah luas wakafnya.
Hingga pesantren menjadi besar dan yang nyantri 1000 lebih dari jumlah yang ada.

Ketika di jelaskan makna "Daarul Baarokah" mereka semakin percaya.
Karena bukti itu di depan mata.
Dan bukan cerita atau wacana. 
LihatTutupKomentar