Sebelum Mereka Berdua Tiada



assalamualaikum warohmatullohi wabarokaatuhu

sebelum-tiadaSebelum mereka berdua tiada itu kalimat yang aku menyukai untuk mengawali nasehat ini, nasihat untuk diriku dan saudara-saudaraku. Wahai saudaraku, sebelum kedua orang tua kita tiada, marilah kita berbuat baik kepada orang tua, kita sayangi mereka berdua sebagaimana mereka menyayangi dan merawat kita ketika kecil, ibu yang melahirkan kita, bapak yang berkorban untuk kita, tetesan keringat dan air mata serta rasa lelah dan pengorbanan yang besar tidak mereka perdulikan demi kebaikkan kita.

Kalau kita merasa lelah wahai saudaraku, atau merasa berat untuk berbakti kepada kedua orang tuamu ingatlah ibu dan bapak kita tidak merasa berat dan lelah untuk menyayangi dan mengurus kita, kalau kita merasa berat untuk mengeluarkan harta untuk kedua orang tua kita, ingatlah bapak dan ibu kita tidak pernah berat dan perhitungan untuk mengeluarkan hartanya demi kebahagian dan kebaikkan kitau. Atau ingatlah, jika kita merasa berat, lelah untuk berbuat baik kepada orang tua kita, bahwa berbuat baik kepada orang tua adalah sebuah amalan yang sangat dicintai Allah sebab seseorang dimasukkan kedalam surga.

Allah Subhaanahu wata’aala berfirman:

وَاعْبُدُوا اللهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua” (An-Nisa:36)

Dalam sebuah hadits suatu ketika Ibnu Mas’ud bertanya kepada Rasulullah

أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ قَالَ الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيُّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيُّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ

Amalan apakah yang paling dicintai Allah? Beliau menjawab: “Shalat tepat pada waktunya” Aku bertanya lagi: Kemudian apalagi? Beliau menjawab: ‘Berbuat baik kepada kedua orang tua’. Aku bertanya lagi: kemudian apa lagi? Beliau menjawab: Jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ

“Celakalah, kemudian celakalah, kemudian celakalah, dikatakan kepada beliau siapa wahai Rasulullah? Orang yang menjumpai orang tuanya dalam keadaan sudah tua salah satu atau kedua-duanya kemudian tidak menyebabkan dia masuk surga.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَسَمِعْتُ فِيهَا قِرَاءَةً فَقُلْتُ : مَنْ هَذَا؟ فَقَالُوا : حَارِثَةُ بْنُ النُّعْمَانِ ، كَذَالِكُمُ الْبِرُّ كَذَالِكُمُ الْبِرّ وَكَانَ أَبَّرَ النَّاسِ بِأُمِّهُِ

“Aku masuk surga, aku mendengar seseorang membaca al-Qur’an, maka aku berkata siapa ini? Mereka (para malaikat) menjawab: Haritsah bin Nu’man, demikianlah balasan bagi orang yang berbuat baik kepada kedua orang tua, demikianlah balasan bagi orang yang berbuat baik kepada kedua orang tua. Dahulu dia orang yang paling berbuat baik kepada ibunya.” (HR. Hakim dishahihkan olehnya dan disepekati oleh Adz-Dzahabi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Dan ingatlah wahai saudaraku bahwa durhaka kepada orang tua adalah dosa besar. Dimana Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam bersabda:

أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلاَثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ

”Maukah aku kabarkan kepada kalian dosa besar yang paling besar (diucapkan 3 kali), para shahabat berkata: ‘Tentu wahai Rasulullah’, Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam bersabda: ‘ Menyekutukan Allah (berbuat syirik) dan durhaka kepada orang tua… ” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wahai saudaraku, ingatlah keutamaan orang tuamu disisimu, kebaikkanya, kasih sayangnya, pengorbanannya untukmu maka siapakah yang lebih pantas engkau berbuat baik kepdanya.

Dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu berkata, seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahhu ‘alaihi wasalam seraya berkata :

مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِى قَالَ « أُمُّكَ ». قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أُمُّكَ ». قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أُمُّكَ ». قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أَبُوكَ »

“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya kembali: “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya kembali: “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya kembali: “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wahai saudaraku, minta tolonglah kepada Allah agar kita senantiasa bisa berbuat baik kepada ibu dan bapak kita, berbuat baik dengan perkataan, perbuatan dan perbuatan baik lainnya, mengajari mereka perkara agama, mentaati mereka dalam perkara yang ma’ruf, membantu mereka dan senantiasa mendoakan mereka. Sebelum mereka tiada, dimana kita tidak bisa lagi memandang wajahnya, merasakan kehangatan kasih sayangnya, belaian lembut tangannya. Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku sayangilah mereka sebagaimana mereka menyanyangiku diwaktu kecil.

Wallahu a’lam bish shawwab

Abdullah bin Mudakir al-Jakarty

(inginbelajarislam.wordpress.com)

Subhanakallohumma wabihamdika asyhadualla ilahaa illa anta astaghfiruka wa atuubu

ilaika.
LihatTutupKomentar