Tidak menilai diri dan kemampuannya secara tepat

Assalamualaikum
warohmatullohi wa barkaatuuhu

Tidak menilai diri dan kemampuannya secara tepat

Setan membuat seseorang tergelincir dalam menilai dirinya dengan dua jalan:

1. Pandangan ujub dan menipu diri

Setan berkata “Kamu sudah mengerjakan ini dan itu, lihatlah kamu, beramal dan beramal…”. Maka berubahlah orang itu menjadi takabur dan tertipu oleh dirinya, akibatnya dia merendahkan orang lain dan menolak kebenaran. Dia akan menolak pula untuk rujuk dari kesalahnya. Dia akan menolak pula untuk duduk di majelis ilmu untuk belajar dari orang lain.

2. Tawadhu dan memandang diri hina dan rendah: Di sini setan berkata, “Kamu harus tawadhu. Siapa yang tawadhu karena Allah, niscaya akan di tinggikan-Nya. Kamu tidak sepadan untuk perkara ini! Urusan ini hanya untuk orang berilmu tinggi saja! “, padahal setan bermaksud untuk menjauhkan dirimu dari tugas dakwahmu. Ini dari bab tawadhu, kamu akhirnya merendahkan dirmu samppai derajad dimana kamu merasa tak berguna pada kemampuanmu yang seharusnya kamu tampilkan, karena kita akan ditanya atas segala kemampuan dan kekuatan kita. Kamu harus mengungkapkan kemampuanmu tiu karena kalau tidak kamu gunakan kemampuanmu itu, niscaya kamu akan dihisab atasnya. Ini pada hakekatnya bukan tawadhu, tapi lari dari tanggung jawab, lari adri menunaikan kewajiban. Akan tetap seta berkata kepadanya, “Tinggalkanlah bidang tiu untuk orang lain yanglebih baik darimu! Dakwah adalah amal yang mulia, amal bagi oarng yang jenius yang amat langkadan yang mendalam ilmunya.”

Kadang-kadang setanpun mendorong manusia merendahkan dirinya,dengan mengacaukan akalnya untuk terus-menerus berpikir, “Apa artinya diri saya disbanding syaikh ini? Apalah artinya diriku dibandingkan dengan orang alim ini?” Dimandulkan akalnya sehingga tidak berfikir kecuali dengan fikiran Syaikhnya, dan hanya menerapkan perkataan Syekhnya semata. Jadilah Syaikhnya yang paling benar, dan yang lain salah. Mulailah dia mengagungkan manusia dan mengkultuskannya.

Padahal yang pokok bagi kita mengembalikan semua perkara kepada syari’at Allah,dan orang yang didepanmu itu masih keliru.Karenanya semua perkataan manusia harus ditimbang dengan Kalamullah dan sabda RasulNya
LihatTutupKomentar