웃ANGGOTA TUBUH.( al Jawarih).웃

Al-jawarih (anggota tubuh) adalah nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Tanpa al-jawarih, kesempurnaan manusia akan hilang. Jika salah satu jawarih hilang, maka dianggap cacat.

Al-jawarih juga merupakan amanah Allah yang harus dipelihara dan tidak boleh dikhianati, tidak digunakan untuk melakukan kemaksiatan, dan harus dipelihara dari dosa. Siapa yang melanggarnya, dianggap telah melakukan kezhaliman terhadap jawarih-nya.

Setiap al-jawarih yang dimiliki oleh manusia akan menjadi saksi nanti di hari kiamat. Jawarih-nya akan berbicara di hadapan Allah guna memberikan kesaksian terhadap apa yang diperbuat oleh pemilik jawarih tersebut. Allah berfirman:

يوم تشهد عليهم ألسنتهم وأيديهم وأرجلهم بما كانوا يعملون

“Pada hari itu lisan-lisan, tangan-tangan, dan kaki-kaki mereka akan menjadi saksi terhadap apa yang mereka lakukan (di dunia).”

Allah juga berfirman:

اليوم نختم على افواههم وتكلمنا أيديهم وتشهد أرجلهم بما كانوا يكسبون

“Pada hari itu kami kunci mulut-mulut mereka. Tangan-tangan dan kaki-kaki mereka menjadi saksi terhadap apa yang mereka lakukan.”

Adapun al-jawarih yang khusus kita jaga ada tujuh, yaitu mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, tangan, dan kaki.

Adab Hifzhul Jawarih Minadz Dzunub

Adapun adab-adab menjaga al-jawarih dari dzunub adalah sebagai berikut:

1. Adab mata

Allah berfirman:

“Katakanlah kepada orang-orang beriman (laki-laki) hendaknya menjaga pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka, karena yang demikian itu membersihkan jiwa mereka dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dengan apa yang mereka lakukan. Dan katakanlah kepada wanita perempuan hendaknya mereka menjaga pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka.” (An-Nur:30-31)

Mata diciptakan untuk memberikan petunjuk dalam kegelapan, membantu pada kebutuhan-kebutuhan yang dilakukan oleh anggota tubuh lain, melihat keindahan ciptaan Allah dari langit dan bumi dan makhluk lainnya, sehingga dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah.

Memelihara mata dapat dilihat pada empat hal:

1. menggunakannya untuk melihat pada sesuatu yang tidak diharamkan;

2. menggunakannya untuk melihat pada sesuatu yang tidak mengumbar nafsu;

3. menggunakannya untuk melihat pada seorang muslim tidak dengan pandangan hina;

4. menggunakannya untuk melihat pada seorang muslim untuk tidak membuka aib.

2. Adab Telinga

Telinga diciptakan untuk mendengarkan kalam Allah, sunnah Rasulullah saw, dan ceramah-ceramahyang dapat memberikan faedah mengenal Allah swt., Raja Yang Maha Hidup dan Pemberi Nikmat Yang tiada henti.

Adapun telinga hendaknya dipelihara dari mendengar sesuatu yang bid’ah, ghibah, maksiat, batil, dan dari menceritakan aib orang lain.

3. Adab Lisan

Lisan diciptakan untuk memperbanyak menyebut nama Allah, berdzikir kepada-Nya dan membaca kitab Allah, mengajak manusia pada jalan-Nya, memvisualisasikan apa yang ada dalam hati dari kebutuhan agama dan dunia.

Jika lisan digunakan bukan pada tempatnya, maka pada hakikatnya telah mengingkari nikmat Allah. Karena, lisan adalah anggota tubuh yang sangat besar manfaatnya. Manusia tidak dimasukkan ke dalam neraka, kecuali karena lisannya.

Rasulullah bersabda:

Diriwayatkan bahwa seseorang mendapatkan syahid dalam kancah perang pada masa Rasulullah saw, maka seseorang berkata, “Selamat baginya surga.” Rasulullah saw. bersabda, “Kalian tidak mengetahui bahwa dirinya banyak berbicara sesuatu yang tidak perlu dan kikir pada orang yang membutuhkan.”

Adapun adab menjaga lisan ada 5, yaitu:

· Jaga lisan dari berdusta

Yaitu menjaganya dari jidal dan canda, tidak membiasakan pada dusta karena dusta merupakan pangkal dosa besar.

· Jaga lisan pada janji

Jika seseorang berjanji, maka harus ditunaikan janji tersebut, kecuali karena uzdur syar’i atau darurat, namun sebisa mungkin untuk bisa menepati janji tersebut dan tidak melanggarnya; karena melanggar janji merupakan akhlak yang paling tercela dan salah satu dari sifat munafik.

Rosululloh bersabda:

“Tiga hal yang jika salah satunya ada dalam diri seseorang maka disebut munafik walaupun mendirikan shalat dan puasa: jika berbicara berdusta, jika berjanji melanggar, dan jika diberi amanah mengkhianati.”

· Tidak ghibah

Ghibah adalah menceritakan diri seseorang yang tidak disukai walaupun yang diceritakan mendengarnya, jika benar maka dirinya telah melakukan ghibah dan zhalim. Maka dari itu seseorang harus memelihara dirinya dari berbuat ghibah, karena ghibah adalah perbuatan yang tercela dan paling jahat.

Ghibah juga merupakan perbuatan yang diharamkan Allah, dan biasanya ghibah bersumber dari prasangka buruk terhadap seseorang lalu tanpa melakukan cek dan ricek terlebih dahulu diceritakan kepada orang lain. Allah swt. mengecam orang yang berghibah dan menyamakannya dengan memakan daging saudaranya yang sudah meninggal.

Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah akan buruk sangka, karena buruk sangka sebagiannya adalah dosa.Jangan mengintai, dan jangan ghibah sebagian kalian dengan yang lainnya, sukakah diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah meninggal, tentu kalian tidak akan menyukainya, dan bertakwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang.” (Al-Hujurat:12)

Cukuplah bagi seseorang memikirkan aibnya sendiri ketimbang aib orang lain, sebagaimana yang diwasiatkan Rasulullah :

“Beruntunglah seseorang yang sibuk dengan aibnya sendiri dari memikirkan aib orang lain.”

Allah swt. memuji orang yang menjadi perisai saudaranya dan menjaga dirinya untuk tidak menceritakan aib orang lain. Karena dirinya mampu menutupi aib orang, maka Allah akan menutupi aib dirinya. Namun jika mengumbar aib orang, maka Allah akan mengecamnya dan dibuka kehormatannya di dunia sementara di akhirat Allah akan mencelanya di hadapan semua makhluk-Nya.

· Jangan berbantah-bantahan dan jidal

Yaitu berbantah-bantahan dalam bicara di hadapan orang lain dengan tujuan menghinakan orang tersebut sambil menampakkan dirinya orang yang paling bersih, pintar, dan berwawasan luas.

Rasulullah . bersabda:
“Barangsiapa yang meninggalkan berbantah-bantahan padahal dalam kebatilan, maka Allah akan bangunkan baginya rumah dalam surga paling bawah. Dan barangsiapa yang meninggalkan berbantah-bantahan padahal kebenaran, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga yang paling tinggi.”

· Tidak mencela ciptaan Allah

Seseorang tidak boleh mencela ciptaan Allah; seperti hewan, makanan atau manusia itu sendiri. Tidak menuduh orang pada kekafiran atau nifak; karena kufur dan nifak adalah urusan Allah dan merupakan perbuatan hati. Dan yang berhak membuka perbuatan hati adalah Allah.

Rasulullah tidak pernah mencela makanan yang ada di hadapannya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a., “Rasulullah sama sekali tidak pernah mencela makanan yang tidak disukainya. Jika beliau menyukai, maka beliau memakannya; dan jika tidak, maka beliau meninggalkannya.”

4. Adab Perut

Adapun perut harus dipelihara dari memakan makanan yang haram dan syubhat. Berusahalah mencari yang halal. Bagi seseorang yang telah mendapatkan harta yang halal, maka hendaknya berusaha menggunakannya dengan sebaik-sebaiknya. Tidak memakannya hingga kekenyangan karena kekenyangan akan membuat hati keras, merusak akal, melemahkan daya ingat, membuat anggota tubuh berat untuk beribadah dan membaca Al-Quran, meninggikan nafsu syahwat dan membuka pintu setan sehingga masuk ke dalamnya.

5. Adab kemaluan

Kemaluan harus dipelihara dari hal-hal yang diharamkan Allah, sebagaimana yang difirmankan Allah subhana wata' alla:

وَالذَينَ هُم لِفُروجِهم حافِظون، إِلاّ عَلى أَزواجِهِم أَو ما مَلَكَت أَيمانُهُم

“Dan mereka yang memelihara farj (kemaluannya) kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak mereka.”

Pemeliharaan farj tidak akan bisa diraih kecuali dengan memelihara mata dari pandangan yang diharamkan, menjaga hati dari mengkhayal dan mengumbar syahwat, dan menjaga perut dari syubhat dan kekenyangan karena semua itu merupakan pemicu dari syahwat.

6. Adab tangan

Adapun tangan juga harus dipelihara dari melakukan tindakan yang merugikan orang lain; seperti memukul orang lain tanpa alasan yang dibenarkan, mengambil hak orang lain dengan cara yang tidak halal, menyakiti setiap makhluk Allah, berkhianat, menulis sesuatu yang tidak dihalalkan, karena tulisan adalah pengganti lisan.

7. Adab kaki

Adapun kaki harus dipelihara dari berjalan menuju yang haram dan ke tempat yang diharamkan. Tidak menggunakannya untuk menendang atau melakukan kekerasan, dan berusaha untuk melangkahkannyake tempat yang halal dan dibolehkan; seperti masjid, majelis taklim, berziarah ke tempat saudaranya sesama muslim, dan membantu orang lain.

Demikianlah hifhzul jawarih yang harus dipelihara oleh setiap muslim. Amal jawarih merupakan cerminan dari kondisi hati. Karena itu, jika seseorang ingin berhasil melakukan hifzhul jawarih, hendaknya memelihara hatinya agar bersih dari dosa dan kotoran. Baik dan buruknya jawarih terlihat dari kondisi hati. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah :

“Ketahuilah dalam jasad manusia ada segumpal darah, jika baik maka akan baik pula seluruh jasadnya, dan jika rusak maka akan rusak pula seluruh jasadnya. ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati. ”
LihatTutupKomentar