~♥♥♥ Wanita di Ujung Senja ♥♥♥~

Peluhnya masih bercucuran membasahi baju hitamnya yang sudah
semakin lusuh. Jalannya tergopoh menahan derita dipundaknya yang tak kunjung reda, cobaan dan terpaan dari sang pemilik kerajaan langit dan bumi tak membuatnya redup. Tangisan bocah dalam gendongannya seolah meneriakkan kepada wanita tua itu untuk tetap tegar menapaki hari walau tanpa lelaki yang menjadi tumpuan dan sandaran jiwanya.

Kereta masih terus berjalan melintasi sawah-sawah para petani yang nampak sudah mulai menguning, dan terlihat kebun-kebun buah yang siap untuk di panen, menyambut musim panas, membasahi kerongkongan penduduk negeri gurun yang lelah dan dahaga.

Sejenak kedua mata itu menatapku dengan tajam, membelalakan kedua bolamatanya yang tersembunyi dalam kepiluan, sesaat kemudian senyumannya tersungging diantara kedua bibirnya yang semula tertutup rapat, nampaknya, tak ada sisa makanan yang ia dapatkan di senja ini. Dia terus menatapku yang terselip diantara lelaki berjubah putih berjenggot tebal dan panjang. Sosokku yang terlihat aneh diantara kerumunan membuat wanita renta itu berjalan mendekat, menjulurkan tangan kanannya yang tergetar dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki.

Kusambut tangan lembut itu dengan selembar poundsterling, dengan harapan dari yang kecil ini, dapat membantunya mengiringi langit senja yang semakin memerah. Dalam kegirangannya, bocah kecil dalam gendongan yang sedari tadi menangis pilu, kini suaranya berangsur pelan dan semakin terdengar lirih. Dari kedua bibirnya terucap

“Syukron Yabni, Rabbana naggahku”

Terima kasih nak, semoga Tuhan menyelamatkanmu.

Keretapun terus berjalan menyusuri lajurnya, tanpa hiraukan antrian kendaraan disetiap pintu lintasan kereta, melaju kencang menembus kerumunan dan lorong-lorong tuk menepati janjinya mengantarkan penumpang sampai di cairo dengan selamat.

(Sebuah Perjalanan dari Alexandria – Cairo)
●✿ܓ
Sahabat, ada secuil rezeki mereka yang Allah titipkan pada kita. Akankah kita biarkan nenek tua yang merajuk di jalanan mengais sisa-sisa makanan, berharap sekocek receh dari para penderma. Mungkinkah hati kecil kita tak pernah berontak melihat anak jalanan yang telah dirampas usianya demi bertahan hidup, mereka mengorbankan masa belajarnya, meninggalkan bangku sekolah yang kelak menjadi tumpuan masa depan dan cita-citanya sekedar untuk mencari sesuap nasi?
●✿ܓ
Wallahu yubaarik fiikum
-itmam.wordpress.com
LihatTutupKomentar