BELAJAR DARI AYAM

BELAJAR DARI AYAM
Cinta (memang) Tak Pandang Bulu

Judul tulisan ini memang agak klasik, “cinta tak pandang bulu”. Entah kenapa tiba-tiba saya tertarik dengan kalimat klasik ini, terlebih setelah untuk kesekian kalinya melihat pemandangan yang mengagumkan tentang kesejatian cinta.

Saya yakin Anda pernah melihat induk ayam bersama sekelompok anak-anaknya, dan diantara sekian banyak anaknya itu terselip satu anak bebek. Dulu ketika kecil saya bertanya, bagaimana mungkin seekor anak bebek bisa menginduk kepada ayam? Atau mungkinkah si ayam betina itu bertelur bebek? Setelah mendapat penjelasan dari paman, barulah mengerti bahwa seseorang sengaja meletakkan sebutir telur bebek diantara beberapa butir telur yang sedang dieramkan ayam betina.

Dan ketika menetas, dari semua telur itu keluarkan anak-anak kecil yang cantik, mungil dan lucu-lucu. Yang mengagumkan, tidak ada sedikitpun perlakuan berbeda dari induk ayam itu kepada semua anaknya, termasuk si anak bebek. Meski ia berbeda warna, berbeda bulu, bahkan berbeda dari segala bentuk dan rupa, kasih sayang induk ayam tetap sama. Walau si anak bebek berparuh pipih, tak sama dengan saudara-saudaranya yang berparuh runcing, meski ia bertubuh lebih pendek dari saudara-saudaranya, dan terdapat selaput diantara jari kakinya, cinta ibunya tak berbeda.

Si induk ayam tetap memberikan makanan yang sama kepada semua anaknya. Ia juga tetap akan mematuk, menyerang siapapun yang mendekati dan mencoba mengganggu anak-anaknya. Bahkan ia pun akan menangis dengan air mata yang sama derasnya ketika anak-anaknya terluka. Ia, layaknya seorang ibu kepada anak-anaknya. Menyayangi tanpa membedakan, mencintai dengan menutup mata pada sedikitpun kelebihan dan kekurangan anak-anaknya karena dalam cinta yang terlihat hanyalah yang terbenam di kedalaman jiwa.

Anak-anak bagi seorang ibu adalah mutiara terindah, yang tak bisa disebandingkan dengan apapun. Bukankah seorang ibu rela bertukar jiwa dengan buah hatinya jika hanya itu satu-satunya pilihan? Maka mendekatlah wahai anak-anak, cinta ibu adalah samudera tempat kita mereguk kesejukan, mendapatkan dahaga kebahagiaan.
Saudaraku, begitu pun Allah. Bilal bin Rabbah yang hitam legam dari benua Afrika pun, terdengar indah suara terompahnya di surga karena ia senantiasa mendekat kepada Allah. Sesungguhnya, melalui pelajaran cinta dari seekor induk ayam dan si anak bebek, serta kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya, Allah tengah memberikan satu hikmah, bahwasannya Ia-pun berlaku sama kepada semua hamba-Nya tanpa terkecuali.

Kasih Allah sama, tak berbeda. Kitalah yang membuatnya berbeda. Allah selalu mendekat kepada semua hamba-Nya, kitalah yang membuat jaraknya. Dan cinta Allah pun senantiasa mengalir tanpa henti, namun kedangkalan jiwa inilah yang membuat kita tak mampu merasakan sentuhan cinta-Nya

insyaAlloh. —
LihatTutupKomentar