Kenangan...


Pahatan perjalanan hidup yang begitu elok menjelma. Sebuah maha karya.Menghasilkan sebuah kenangan yang bisa diundang menyata.


Sesuatu yang begitu membekas dijiwa.
Sering menguras rasa.
Dan tak jarang membanjir air mata. Kenangan akan muncul bak pelangi sehabis hujan di suatu ketika.

Berkunjunglah ke Madinah, Bilal Bin Robbah sang Muadzin Rasulullah yang melegenda. Sesampai di Madinah, banyak yang meminta. Untuk adzan sekalipun sekali sahaja.

Tidak ada yang berhasil merayu dengan segala cara. Kecuali sang cucu Rasulullah tercinta. Demi sebuah kenangan indah untuk diundang hadir menyapa.

Naiklah Bilal ditempat adzan yang biasa.
Dan begitu lantunan kalimat takbir menggema. Madinah seperti tersihir membeku tak menyangka.

Apakah Rasulullah kembali hidup mereka mengira.
Dan semua kenangan mereka akan Rasulullah pun menghangat menyelimut sukma. Hening membisu tak bisa berkata-kata.

Hingga sampailah pada kalimat " Muhammad " menyapa. Tersekat rasa didada. Lisan Bilal begitu berat tak kuasa. Menahan beban kenangan yang mewangi mengaroma.

Dan kalimat adzan pun terhenti oleh berbagai rasa. Mengaduk-aduk ruang, waktu dan setiap bilik hati semua. Adzan berakhir dan menjadi yang terakhir dari sahabat Bilal menggema.

Kenangan bak mantra. Saat terbaca dan mengalun darinya cerita. Tersambung
lah kisah menjadi gelombang seri kisah yang ingin berlanjut meronta memaksa.

Kenangan baik yang mempahala. Selayaknya mengukir dalam pahatan masa demi masa.
Agar kelak bisa diundang mengenangnya penuh bahagia. Hingga sampai dicengkerama surga.
LihatTutupKomentar