Sepuluh Ciri Orang yang Dicintai Allah Azza wa Jalla

assalamualaikum warohmatullohi wabarokaatuhu.

Sepuluh Ciri Orang yang Dicintai Allah Azza wa Jalla

Para wali Allah mencintai Rabb mereka Yang Maha Suci dengan kadar kecintaan yang amat besar.

Mereka mencintai Allah,dan Allah mencintai mereka. Sungguh mengagumkan firman-Nya, yang berbunyi “Mereka mencintai Allah." Yang lebih mengagumkan lagi yakni firman- Nya, "Allah mencintai mereka." Allah menciptakan mereka, memberi rizki, memberi kesehatan kepada mereka kemudian mencintai mereka.

Mahabbah kepada Allah mempunyai sepuluh ciri-ciri. Orang yang melakukannya berarti telah mencintai Allah dengan sebenar-benarny
a, bukan hanya mengaku-ngaku saja.

Sepuluh hal tersebut adalah;

1. Mencintai firman-Nya yang diturunkan berupa wahyu kepada rasul-Nya, Muhammad Shallallahu'Alaihi wa-Sallam. Ia rindu membaca firman-Nya, mentadabburinya dan mengakrabinya. Ia memperbaiki hati dengan ajaran-ajarannya, melapangkan jiwanya, terjaga dengannya di waktu malam dan pekat, mengamalkan tuntutan-tuntutannya dan hukum-hukumnya dalam seluruh aspek kehidupan.

2. Mencintai rasul-Nya, Muhammad Shallallahu'Alaihi wa-Sallam dan mengikuti jejaknya, memperbanyak shalawat kepadanya, berkeyakinan bahwa beliau dijaga dari berbuat maksiat, dan dijadikan teladan.

Allah berfirman,
"Sesungguhnya pada diri Rasulullah Shallallahu'Alaihi wa-Sallam itu terdapat suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah." (QS. Al- Ahzab, 21).
Kecintaan kepada Rasulullah juga dapat dibuktikan dengan melaksanakan sunnah beliau tanpa merasa susah atau terpaksa. Melaksanakan segala ajaran Beliau Shallallahu'Alaihi wa-Sallam tanpa merasa takut atau ragu-ragu.

3. Berusaha keras menjauhi larangan Allah, menjaga batas- batas Allah agar tidak dilanggar, marah ketika melihat salah satu syiar Islam dihinakan oleh para ahli bid’ah dan perusak islam, berjuang semaksimal mungkin dengan hati, lidah dan tangan untuk menolong syari’ah Allah dan memperkokoh agama Allah di muka bumi.

4. Merasa terhormat menjadi wali Allah dan berusaha keras memperoleh derajat ini. Allah memberikan gambaran tentang para wali-Nya dalam salah satu Firman-Nya,
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa." (QS. Yunus, 62-63).
Demikian pula firman-Nya,
"Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul- Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk kepada Allah. Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut agama Allah itulah yang menang." (QS. Al-Maidah, 55-56).
5. Menyuruh kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran. Ia mengorbankan jiwanya dan segala yang berharga untuk itu. Allah berfirman,
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran, 103)
Sifat ini akan semakin bersinar pada bulan Ramadhan, orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh akan menyampaikan nasehat seruan mereka kepada hamba- hamba Allah dengan semata-mata mengharap pahala dari sisi Allah Azza wa Jalla.

6. Bergaul bersama orang-orang shaleh. Hal ini terwujud dengan mencintai orang- orang baik, akrab bergaul dengan para wali Allah, mendengarkan percakapan mereka, rindu bertemu mereka, rindu berkunjung dan menduakan mereka, membela kehormatan mereka, mengingat kebaikan dan jasa mereka sedapat yang mereka lakukan.

Allah Azza wa Jalla berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara." (QS. Al-Hujurat, 10).
Kemudian Firman-Nya,
"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan jangan bercerai berai." (QS. Ali Imran, 103).
7. Mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah sunnah dan berusaha menggapai ridha Allah dengan amal shaleh, baik berupa shalat, puasa, sedekah haji, umrah, membaca Alquran, berdzikir, berbuat kebajikan, silaturahmi dan amalan-amalan lainnya.

Allah Azza wa Jalla berfirman,
"Dan hamba-Ku masih mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunah, sampai Aku mencintainya.”
8. Mendahulukan cinta akhirat yang abadi atas dunia fana, bersiap sedia bertemu dengan Allah ’Azza wa Jalla, berbekal diri untuk akhirat, dan mempersiapkan bekal untuk perjalanan yang dinanti-nanti tersebut.

Sebuah syair Arab mengatakan, "Berbekallah untuk perjalanan yang pasti kau lalui, Karena sesungguhnya kematian telah ditetapkan. Apakah engkau rela menjadi teman satu kaum yang memiliki bekal, sedang engkau sendiri tak berbekal."

9. Tobat yang ikhlas dan sungguh-sungguh, meninggalkan maksiat dan menyalahi perintah Allah, menjauhi orang- orang yang lalai yang gemar menyimpang dan berdosa kepada Allah. Bergaul dengan mereka sungguh merupakan demam tak kunjung habis, racun yang ganas dan penyakit berkepanjangan.

Allah berfirman,
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang- orang yang bertakwa." (QS. Az Zukhruf, 67).
Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah Shallallahu'Alaihi wa-Sallam bersabda, "Manusia akan dikumpulkan di alam mahsyar bersama orang yang ia cintai."

10. Mencita-citakan syahid di jalan Allah, menanti-nanti datangnya saat tersebut dimana jiwa dipersembahkan dengan ikhlas kehadapan Allah Azza wa Jalla dengan jiwa, harta dan anak dijual kepada Allah. Dalam jual beli agung ini tidak kembalian, tidak ada pula jabat tangan transaksi.

Allah berfirman,
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh." (QS. At Taubah, 111).
Sumber : Republika

Subhanakallohumma wabihamdika asyhadualla ilahaa illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.
LihatTutupKomentar