Puasa Membersihkan Jiwa



puasa adalah suatu upaya pembersihan jiwa, pengekangan hawa nafsu dan perwujudan kehendak-Nya untuk melebihkan derajat manusia dari binatang yang tunduk hanya pada instink dan hawa nafsu.

Islam tidak mengenal dunia kependetaan yang bersikap tak acuh terhadap keduniaan.

Tetapi Islam, sebagai agama, tentunya sudah pasti memiliki sisi-sisi kezuhudan yang mengendalikan manusia untuk tidak cinta dunia dan melakukan kemungkaran. Maka dari itu dalam surat al-Qashash:77 Allah memerintahkan kita untuk memberikan porsi yang semestinya bagi kehidupan dunia dan akhirat kita. Pemberian porsi 'yang semestinya' inilah yang selalu menjadi titik lemah manusia yang telah dianugerahi dengan akal dan hawa nafsu.

Untuk melakukan hal itu, manusia memerlukan suatu pengorbanan yang luar biasa. Karena, hal itu berarti dia harus berusaha untuk selalu mengekang hawa nafsunya.

Salah satu wujud dari pengekangan hawa nafsu yang paling nyata adalah puasa (menahan) untuk tidak melakukan segala yang diharamkan, dan bahkan beberapa hal yang dihalalkan. Tetapi memang itulah esensi puasa, yang dimaksudkan untuk mendidik jiwa agar bersabar dan bertakwa.

Dan yang lebih penting dari itu semua, kita sebagai orang muslim harus merasa bahwa puasa adalah salah satu jalan Allah untuk mendidik jiwa kita agar kita bersabar, dan kita sebagai manusia harus berusaha untuk merasakan kenikmatan dalam melakukan kesabaran.

Karena pada dasarnya kemurkaan Allah tidak hanya berbentuk musibah dan petaka yang bisa diindera oleh manusia. Ketiadaan rasa nikmat pada saat kita bersabar itu pun merupakan suatu petaka bagi kita.

Dengan bentuk lain, ungkapan di atas telah disampaikan pula oleh salah seorang nabi dari Banû Isrâ’îl. Diriwayatkan bahwa pada suatu ketika ada seorang Yahudi berkata kepada Nabi itu,:

"Aku tidak pernah berdzikir, tetapi mengapa Allah tidak menghukumku?"

Sang Rosul menjawab,

"Kamu telah dihukum oleh Allah, tetapi kamu tidak merasakan hukuman itu. Ketika Allah tidak memberimu kenikmatan dalam berdzikir kepada-Nya, maka pada saat itulah sebenarnya kamu sedang berada dalam hukuman-Nya."

Allâhumma a‘innâ ‘alâ dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibâdatika.

Wallâhu a‘lam bi al-shawâb.
LihatTutupKomentar