★ Menggapai Ketenangan Jiwa ★

Dalam perkembangan hidupnya, manusia seringkali berhadapan dengan berbagai
masalah yang mengatasinya berat. Akibatnya timbul kecemasan, ketakutan dan
ketidaktenangan, bahkan tidak sedikit manusia yang akhirnya kalap sehingga melakukan
tindakan-tindakan yang semula dianggap tidak mungkin dilakukannya, baik melakukan
kejahatan terhadap orang lain seperti banyak terjadi kasus pembunuhan termasuk
pembunuhan terhadap anggota keluarga sendiri maupun melakukan kejahatan terhadap
diri sendiri seperti meminum minuman keras dan obat-obat terlarang hingga tindakan
bunuh diri.

Oleh karena itu, ketenangan dan kedamaian jiwa sangat diperlukan dalam hidup ini yang
terasa kian berat dihadapinya. Itu sebabnya, setiap orang ingin memiliki ketenangan jiwa.

Dengan jiwa yang tenang kehidupan ini dapat dijalani secara teratur dan benar
sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.

Untuk bisa menggapai ketenangan
jiwa, banyak orang yang mencapainya dengan cara-cara yang tidak Islami, sehingga bukan
ketenangan jiwa yang didapat tapi malah membawa kesemrautan dalam jiwanya itu.

Untuk itu, secara tersurat, Al-Qur'an menyebutkan beberapa kiat praktis.


1. Dzikrullah
Dzikir kepada Allah Swt merupakan kiat untuk menggapai ketenangan jiwa, yakni dzikir
dalam arti selalu ingat kepada Allah dengan menghadirkan nama-Nya di dalam hati dan
menyebut nama-Nya dalam berbagai kesempatan. Bila seseorang menyebut nama Allah,
memang ketenangan jiwa akan diperolehnya.

Ketika berada dalam ketakutan lalu berdzikir
dalam bentuk menyebut ta'awudz (mohon perlindungan Allah), dia menjadi tenang. Ketika
berbuat dosa lalu berdzikir dalam bentuk menyebut kalimat istighfar atau taubat, dia
menjadi tenang kembali karena merasa telah diampuni dosa-dosanya itu. Ketika
mendapatkan kenikmatan yang berlimpah lalu dia berdzikir dengan menyebut hamdalah,
maka dia akan meraih ketenangan karena dapat memanfaatkannya dengan baik dan
begitulah seterusnya sehingga dengan dzikir, ketenangan jiwa akan diperoleh seorang
muslim,

Allah berfirman yang artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan
mengingat Allahlah hati menjadi tentram". (13:28).

Untuk mencapai ketenangan jiwa, dzikir tidak hanya dilakukan dalam bentuk menyebut
nama Allah, tapi juga dzikir dengan hati dan perbuatan. Karena itu, seorang mu'min selalu
berdzikir kepada Allah dalam berbagai kesempatan, baik duduk, berdiri maupun
berbaring.

2. Yakin Akan Pertolongan Allah
Dalam hidup dan perjuangan, seringkali banyak kendala, tantangan dan hambatan yang
harus dihadapi, adanya hal-hal itu seringkali membuat manusia menjadi tidak tenang yang
membawa pada perasaan takut yang selalu menghantuinya. Ketidaktenangan seperti ini
seringkali membuat orang yang menjalani kehidupan menjadi berputus asa dan bagi yang
berjuang menjadi takluk bahkan berkhianat.

Oleh karena itu, agar hati tetap tenang dalam perjuangan menegakkan agama Allah dan
dalam menjalani kehidupan yang sesulit apapun, seorang muslim harus yakin dengan
adanya pertolongan Allah dan dia juga harus yakin bahwa pertolongan Allah itu tidak
hanya diberikan kepada orang-orang yang terdahulu, tapi juga untuk orang sekarang dan
pada masa mendatang,

Allah berfirman yang artinya: "Dan Allah tidak menjadikan
pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu,
dan agar tentram hatimu karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari Allah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana". (3:126, lihat juga QS 8:10).

Dengan memperhatikan betapa banyak bentuk pertolongan yang diberikan Allah kepada
para Nabi dan generasi sahabat dimasa Rasulullah Saw, maka sekarangpun kita harus
yakin akan kemungkinan memperoleh pertolongan Allah itu dan ini membuat kita menjadi
tenang dalam hidup ini. Namun harus kita ingat bahwa pertolongan Allah itu seringkali
baru datang apabila seorang muslim telah mencapai kesulitan yang sangat atau dipuncak
kesulitan sehingga kalau diumpamakan seperti jalan, maka jalan itu sudah buntu dan
mentok. Dengan keyakinan seperti ini, seorang muslim tidak akan pernah cemas dalam
menghadapi kesulitan karena memang pada hakikatnya pertolongan Allah itu dekat,

Allah
berfirman yang artinya: "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal
belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum
kamu?. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman:
"bilakah datangnya pertolongan Allah?". Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah
itu amat dekat". (QS 2:214).


3. Memperhatikan Bukti Kekuasaan Allah
Kecemasan dan ketidaktenangan jiwa adalah karena manusia seringkali terlalu merasa
yakin dengan kemampuan dirinya, akibatnya kalau ternyata dia merasakan kelemahan
pada dirinya, dia menjadi takut dan tidak tenang, tapi kalau dia selalu memperhatikan
bukti-bukti kekuasaan Allah dia akan menjadi yakin sehingga membuat hatinya menjadi
tentram, hal ini karena dia sadari akan besarnya kekuasaan Allah yang tidak perlu
dicemasi, tapi malah untuk dikagumi.

Allah berfirman yang artinya: "Dan ingatlah ketika
Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan
orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah
meyakininya, akan tetapi agar hatiku tenang (tetap mantap dengan imanku)". Allah
berfirman: ("kalau begitu) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah, kemudian
letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu satu bagian dari bagian-bagian itu,
kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera".
Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS 2:260).

4. Bersyukur
Allah Swt memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang amat banyak.
Kenikmatan itu harus kita syukuri karena dengan bersyukur kepada Allah akan membuat
hati menjadi tenang, hal ini karena dengan bersyukur, kenikmatan itu akan bertambah
banyak, baik banyak dari segi jumlah ataupun minimal terasa banyaknya. Tapi kalau tidak
bersyukur, kenikmatan yang Allah berikan itu kita anggap sebagai sesuatu yang tidak ada
artinya dan meskipun jumlahnya banyak kita merasakan sebagai sesuatu yang sedikit.

Apabila manusia tidak bersyukur, maka Allah memberikan azab yang membuat mereka
menjadi tidak tenang,

Allah berfirman yang artinya: "Dan Allah telah membuat suatu
perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rizkinya
melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-
nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan
ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat". (QS 16:112).


5. Tilawah, Tasmi' dan tadabbur Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah kitab yang berisi sebaik-baik perkataan, diturunkan pada bulan suci
Ramadhan yang penuh dengan keberkahan, karenanya orang yang membaca (tilawah),
mendengar bacaan (tasmi') dan mengkaji (tadabbur) ayat-ayat suci Al-Qur'an niscaya
menjadi tenang hatinya, manakala dia betul-betul beriman kepada Allah Swt,

Allah
berfirman yang artinya: "Allah telah menurunkan perkataan yang baik (yaitu) Al-
Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya
kulit orang-orang yang takut kepada Tuhanya, kemudian menjadi tenang kulit dan
hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia
menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah,
maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya". (QS 39:23).


Oleh karena itu, sebagai mu'min, interaksi kita dengan al-Qur'an haruslah sebaik
mungkin, baik dalam bentuk membaca, mendengar bacaan, mengkaji dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Manakala interaksi kita terhadap Al-
Qur'an sudah baik, maka mendengar bacaan Al-Qur'an saja sudah membuat keimanan
kita bertambah kuat yang berarti lebih dari sekedar ketenangan jiwa,
Allah berfirman yang
artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal". (QS 8:2).

Dengan berbekal jiwa yang tenang itulah, seorang muslim akan mampu menjalani
kehidupannya secara baik, sebab baik dan tidak sesuatu seringkali berpangkal dari
persoalan mental atau jiwa. Karena itu, Allah Swt memanggil orang yang jiwanya tenang
untuk masuk ke dalam syurga-Nya,

Allah berfirman yang artinya: "Hai jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka
masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam syurga-Ku".
(QS 89:27-30).

Akhirnya, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk memantapkan ketenangan dalam
jiwa kita masing-masing sehingga kehidupan ini dapat kita jalani dengan sebaik-baiknya..insyaAlloh

~ 26 Syaaban 1433 H ~

Share:https://m.facebook.com/groups/436028619754729?view=permalink&id=462766747080916
LihatTutupKomentar