Haruskah Pahala Diburu?



Firman-Nya dalam hadits qudsi dari hadits Abu Hurairah:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba-ku kepada-Ku.” (HR. Al-Bukhari no. 6970,7066 dan Muslim no. 2675)

Dalil yang menunjukkan dianjurkannya para hamba untuk mengejar pahala dari Allah Ta’ala, di antaranya:

Allah Ta’ala juga berfirman, “Berlomba-lomba
lah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” (QS. Al-Hadid: 21)
Dan setelah Allah Ta’ala menggambarkan tentang surga serta semua keindahannya, Dia berfirman, “Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al-Muthaffifin: 26)

Dan inilah yang diamalkan oleh para sahabat -radhiallahu anhum-, ketika Nabi -alaihishshalatu wassalam- memerintahkan sebuah amalan dan menjanjikan pahala untuknya maka mereka akan segera berlomba dalam mengerjakannya guna meraih pahala tersebut. Di antaranya adalah kisah sahabat yang sedang makan korma ketika mendengar janji surge bagi yang terbunuh dalam jihad, maka seketika itu dia membuang kormanya dan langsung terjun ke medan perang. Kisahnya masyhur.

Juga kisah Burdah bin Niyar, tatkala dia mendengar keutamaan udhhiyah maka dia bersegera melaksanakannya bahkan sebelum shalat idul adhha dimulai. Walaupun sembelihan sebelum shalat id itu tidak syah, akan tetapi yang menjadi sisi pendalilan adalah uzur Abu Burdah kenapa berbuat seperti itu. Dia berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya ini adalah hari (makan) daging dan saya bersegera menyembelih sembelihanku untuk memberikan makan keluargaku, tetanggaku, dan orang-orang di rumahku.” (HR. Muslim no. 1961)

Dalam riwayat Al-Bukhari no. 912 dia berkata, “Wahai Rasulullah, saya tadi menyembelih sembelihanku sebelum shalat id karena saya mengetahui kalau hari ini adalah hari makan dan minum dan saya senang kalau kambingku adalah hewan yang paling pertama disembelih di rumahku.”

Nabi shallalahu'alaihi wassalam- tidak mengingkari keinginannya mengejar pahala, akan tetapi yang beliau ingkari adalah perbuatan dia menyembelih sebelum shalat id. Wallahu a’lam bishshawab.
al-atsariyyah.com
LihatTutupKomentar