AWAL MULANYA TAHUN HIJRIYAH BERJUMLAH 13 BULAN/TAHUN.

Sampai awal abad ke-20 kalender Hijriah masih dipakai oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara. Bahkan Raja Karangasem, Ratu Agung Ngurah yang beragama Hindu, dalam surat-suratnya kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda Otto van Rees yang beragama Nasrani, masih menggunakan tarikh 1313 Hijriah (1894 Masehi). Kalender Masehi baru secara resmi dipakai di seluruh Indonesia mulai tahun 1910 dengan berlakunya Wet op het Nederlandsch Onderdaanschap, hukum yang menyeragamkan seluruh rakyat Hindia Belanda.(Innalillahi Wa Inna ilaihi Rajiun)

JENIS KALENDER
Beberapa jenis kalender yang dipakai umat manusia penghuni planet ini,
Pertama, kalender solar (syamsiyah, berdasarkan matahari), yang waktu satu tahunnya adalah lamanya bumi mengelilingi matahari yaitu 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik atau 365,2422 hari.
Kedua, kalender lunar (qamariyah, berdasarkan bulan), yang waktu satu tahunnya adalah dua belas kali lamanya bulan mengelilingi bumi, yaitu 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik (29,5306 hari = 1 bulan) dikalikan dua belas, menjadi 354 hari 8 jam 48 menit 34 detik atau 354,3672 hari.
Ketiga, kalender lunisolar, yaitu kalender lunar yang disesuaikan dengan matahari. Oleh karena kalender lunar dalam setahun 11 hari lebih cepat dari kalender solar, maka kalender lunisolar memiliki bulan interkalasi (bulan tambahan, bulan ke-13) setiap tiga tahun, agar kembali sesuai dengan perjalanan matahari.
Kalender Masehi, Iran dan Jepang merupakan kalender solar, sedangkan kalender Hijriah dan Jawa merupakan kalender lunar. Adapun contoh kalender lunisolar adalah kalender Imlek, Saka, Buddha, dan Yahudi.

Semua kalender tidak ada yang sempurna, sebab jumlah hari dalam setahun tidak bulat. Untuk memperkecil kesalahan, harus ada tahun-tahun tertentu menurut perjanjian yang dibuat sehari lebih panjang (tahun kabisat atau leap year).
Pada kalender solar, pergantian hari berlangsung tengah malam (midnight) dan awal setiap bulan (tanggal satu) tidak tergantung pada posisi bulan. Adapun pada kalender lunar dan lunisolar pergantian hari terjadi ketika matahari terbenam (sunset) dan awal setiap bulan adalah saat konjungsi (Imlek, Saka, dan Buddha) atau saat munculnya hilal (Hijriah, Jawa, dan Yahudi). Oleh karena awal bulan kalender Imlek dan Saka adalah akhir bulan kalender Hijriah, tanggal kalender Imlek dan Saka umumnya sehari lebih dahulu dari tanggal kalender Hijriah.

ARAB PRA-ISLAM
Sebelum kedatangan agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w., masyarakat Arab memakai kalender lunisolar, yaitu kalender lunar yang disesuaikan dengan matahari. Kemudian orang-orang Arab memberi nama bulan-bulan mereka dengan melihat keadaan alam dan masyarakat pada masa-masa tertentu sepanjang tahun.
Berikut nama-nama KE-13 BULAN dalam tahun hijriyah (sebelum pra-ISLAM) dan maknanya:
(nama-nama bulan hijriyah sebagiannya pada dasarnya disesuaikan dengan kondisi bumi/musim yang dipengaruhi oleh peredaran bumi mengelilingi matahari)

MUHARRAM
Tahun baru (Ra’s as-Sanah = “Kepala Tahun”) kalender lunisolar selalu berlangsung setelah berakhirnya musim panas sekitar September.
Bulan ini (bulan pertama) dinamai Muharram.
Muharram artinya yang diharamkan atau yang menjadi pantangan. Penamaan Muharram, sebab pada bulan itu dilarang menumpahkan darah atau berperang. Larangan tesebut berlaku sampai masa awal Islam.

SHAFAR
Shafar artinya: kosong. Penamaan Shafar, karena pada bulan itu semua orang laki-laki Arab dahulu pergi meninggalkan rumah untuk merantau, berniaga dan berperang, sehingga pemukiman mereka kosong dari orang laki-laki.
Shafar juga berarti kuning, bulan ini bersamaan pada bulan Oktober yang pada waktu itu daun-daun menguning sehingga bulan itu dinamai Shafar (”kuning”). Bulan ini bersamaan sekitar bulan oktober.

RABI'UL AWAL
Rabiul Awal berasal dari kata rabi’ (menetap) dan awal (pertama). Maksudnya masa kembalinya kaum laki-laki yang telah meninqgalkan rumah atau merantau. Jadi awal menetapnya kaum laki-laki di rumah.
Rabi’ juga berarti Musim semi (berbunga), yaitu musim dimana tumbuh-tumbuhan tumbuh dan berbunga. Bulan ini dalam kalender matahari bersamaan dengan sekitar bulan November.
Pada bulan ini banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam, antara lain: Nabi Muhammad saw lahir, diangkat menjadi Rasul, melakukan hijrah, dan wafat pada bulan ini juga. Subhanallah Rasululullah lahir dan hijrah ketika musim “BERBUNGA” (musim semi) sedangkan wafat tidak tidak dimusim semi karena tahun hijriyah sudah tidak menggunakan lunisolar lagi (nanti dijelaskan).

RABI’UL AKHIR
Artinya tidak jauh beda dengan Rabiul akhir, yang membedakannya hanya “AKHIR” saja, maksudnya adalah berakhirnya musim semi (berbunga) artinya musim gugur, yaitu musim dimana tumbuh-tumbuhan menggugurkan daun-daunnya. Bulan ini bersamaan dengan sekitar bulan desember.



JUMADILAWAL
nama bulan kelima. Berasal dari kata jamada/jumuda yang berarti membeku dan awal (pertama). dinamakan Jumadu karena pada bulan tersebut air membeku dan karena bulan ini merupakan awal musim dingin. Bulan ini bersamaan dengan sekitar bulan januari

JUMADILAKHIR
Artinya sama dengan jumadil awal, yang membedakan hanya kata akhir saja yang artinya berakhirnya musim dingin, dan awal musim kering atau musim panas, dimana air yang membeku mencair atau salju dibelahan bumi lain mulai mencair. Bulan ini bersamaan sekitar bulan Februari.

RAJAB
Rajab artinya: mulia, penghormatan. Penamaan Rajab, karena bangsa Arab tempo dulu sangat memuliakan dan menghormati bulan ini, antara lain dengan melarang berperang. Bulan ini bersamaan dengan sekitar bulan Maret.

SYA'BAN
Syaban artinya: berkelompok. Penamaan Sya’ban karena orang-orang Arab pada bulan ini lazimnya berkelompok mencari nafkah. Peristiwa penting bagi umat Islam yang terjadi pada bulan ini adalah perpindahan kiblat dari Baitul Muqaddas ke Ka’bah (Baitullah). Bulan ini bersamaan dengan sekitar bulan April.

RAMADHAN
Ramadhan artinya: sangat panas, karena pada bulan ini suhu di jazirah Arab sangat panas bagaikan membakar kulit. Bulan ini bersamaan dengan sekitar bulan mei.
Bulan Ramadhan merupakan satu-satunya bulan yang tersebut dalam Al-Quran, Satu bulan yang memiliki keutamaan, kesucian, dan aneka keistimewaan. Hal itu dikarenakan peristiwa-peristiwa peting seperti: Allah menurunkan ayat-ayat Al-Quran pertama kali, ada malam Lailatul Qadar, yakni malam yang sangat tinggi nilainya, karena para malaikat turun untuk memberkati orang-orang beriman yang sedang beribadah, bulan ini ditetapkan sebagai waktu ibadah puasa wajib, pada bulan ini kaurn muslimin dapat rnenaklukan kaum musyrik dalarn perang Badar Kubra dan pada bulan ini juga Nabi Muhammad saw berhasil mengambil alih kota Mekah dan mengakhiri penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum musyrik.

SYAWAL
Syawal artinya peningkatan, mengangkat ke atas.
Dinamakan demikian karena suhu di jazirah Arab panasnya semakin meningkat (panas). Bulan ini bersamaan dengan sekitar bulan juni. Dalam bulan ini yaitu 1 syawal umat muslim merayakan hari idul fitri salah satu hikmah sesuai dengan maknanya semoga manusia mengalami peningkatan amal usai menunaikan ibadah puasa dan membayar zakat serta Alloh Swt mengangkat kedudukannya kelak di akhirat.


DZULQAIDAH
berasal dari kata dzul (pemilik) dan qa’idah (duduk). Penamaan Dzulqaidah, karena bulan itu merupakan waktu istirahat bagi kaum laki-laki Arab dahulu. Mereka menikmatinya dengan duduk-duduk di rumah. Karena di bulan ini merupakan puncak dari musim panas, sehingga orang-orang Arab lebih banyak diam di rumahnya. Bulan ini bersamaan sekitar bulan Juli

DZULHIJJAH
Berasal dari kata dzul (pemilik) dan hijjah (yang menunaikan haji). Penamaan Dzulhijjah, sebab pada bulan ini umat Islam sejak Nabi Adam as. menunaikan ibadah haji. Bulan ini bersamaan dengan sekitar bulan Agustus.

BULAN KE-13
Orang Arab menamakannya Bulan NASI’ artinya panjang maksudnya memanjangkan kalender qomariyah sehingga sesuai dengan kalender matahari.
Karena setiap bulan qomariah diawali saat munculnya hilal, berselang-seling 30 atau 29 hari, sehingga dalam setahun berjumlah 354 hari, 11 hari lebih cepat dari kalender solar yang setahunnya 365 hari. Agar kembali sesuai dengan perjalanan matahari dan agar tahun baru selalu jatuh pada awal musim gugur, maka dalam setiap periode 19 tahun ada tujuh buah tahun yang jumlah bulannya 13 (satu tahunnya 384 hari) atau 3 tahun sekali ada yang berjumlah 13 bulan dalam satu kalender qomariah. Bulan interkalasi atau bulan ekstra ini disebut nasi’ yang ditambahkan pada akhir tahun sesudah Dzul-Hijjah.
Ternyata tidak semua kabilah di Semenanjung Arabia sepakat mengenai tahun-tahun mana saja yang mempunyai bulan nasi’. Masing-masing kabilah seenaknya menentukan bahwa tahun yang satu 13 bulan dan tahun yang lain cuma 12 bulan. Lebih celaka lagi jika suatu kaum memerangi kaum lainnya pada bulan Muharram (bulan terlarang untuk berperang) dengan alasan perang itu masih dalam bulan nasi’, belum masuk Muharram, menurut kalender mereka.
Akibatnya, masalah bulan interkalasi ini banyak menimbulkan permusuhan di kalangan masyarakat Arab.

PEMURNIAN KALENDER “LUNAR”
Setelah masyarakat Arab memeluk agama Islam dan bersatu di bawah pimpinan Nabi Muhammad s.a.w., maka turunlah perintah Allah SWT agar umat Islam memakai kalender lunar yang murni dengan menghilangkan bulan nasi’. Hal ini tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 36 dan 37.

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
(At-Taubah 9 : 36-37)

Dengan turunnya wahyu Allah di atas, Nabi Muhammad s.a.w. mengeluarkan keputusan bahwa kalender Islam tidak lagi bergantung kepada perjalanan matahari.

Meskipun nama-nama bulan dari Muharram sampai Dzul-Hijjah tetap digunakan karena dengan berjalannya waktu bulan-bulan tersebut bergeser setiap tahun dari musim ke musim sehingga kelak nama-nama bulan tersebut akan tidak sesuai lagi dengan makna yang akan dikandungnya, seperti Ramadhan (”pembakaran” ) tidak selalu pada musim panas dan Jumadil-Awwal (”beku pertama”) tidak selalu pada musim dingin. Tetapi walaupun begitu Rasulullah saw tetap menggunakan nama-nama bulan tersebut tidak menggantinya, begitupun ketika zaman khalifah Umar bin Khatab, tidak mengganti nama-nama bulan hijriyah.
Salah satu hikmah mengapa harus kalender lunar murni? Hal ini disebabkan agama Islam bukanlah untuk masyarakat Arab di Timur Tengah saja, melainkan untuk seluruh umat manusia di berbagai penjuru bumi yang letak geografis dan musimnya berbeda-beda. Dan ini berkaitan dengan ibadah Shaum Ramdhan dan penyempurnaan ibadah haji yang akan diturunkan. Sangatlah tidak adil jika misalnya Ramadhan (bulan menunaikan ibadah puasa) ditetapkan menurut sistem kalender solar atau lunisolar, sebab hal ini mengakibatkan masyarakat Islam di suatu kawasan berpuasa selalu di musim panas atau selalu di musim dingin.
Sehingga dengan pemurnian calendar qomariah ini ketika zaman Rasulullah Saw merasakan Shaum ketika di musim panas dan musim dingin, begitupun umat Islam sekarang yang tersebar di seluruh bumi dengan berbagai perbedaan musim, dapat merasakan ibadah Shaum dan Haji dengan musim yang berbeda.

Contoh dengan memakai kalender lunar yang murni, masyarakat Kazakhstan atau umat Islam di London berpuasa 18 jam di musim panas, tetapi berbuka puasa pukul empat sore di musim dingin. Umat Islam yang menunaikan ibadah haji pada suatu saat merasakan teriknya matahari Arafah di musim panas, dan pada saat yang lain merasakan sejuknya udara Mekah di musim dingin.

Bulan apa saja dalam ayat tersebut yang diharamkan (dimuliakan/disucikan) oleh Alloh Swt?

Rasulullah Saw bersabda:
“ingatlah sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaanya sejak hari Alloh menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri dari 12 bulan, 4 bulan diantaranya adalah bulan-bulan haram (suci), tiga diantaranya berturut-turut, yaitu Dzulqoidah, Dzulhijah, Muharram yang lainnya adalah bulan Rajab Mudhar yang terletak diantara bulan Jumadil Akhir dan Sya’ban….” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jadi bulan-bulannya adalah : Rajab, Dzulqoidah, Dzulhijah, Muharram, di bulan-bulan ini kita diperintahkan untuk mempersedikit “KEMAKSIATAN”, karena pada bulan tersebut dosa perbuatan maksiat lebih besar dari bulan-bulan lainnya.

NAMA-NAMA HARI
Penamaan nama-nama hari pada kalender Qomariah berdasarkan urutan: satu, dua, tiga, sampai tujuh, yakni ahad, itsnain, tsalatsah, arba’ah, khamsah, sittah, dan sab’ah. Hari keenam disebut secara khusus: Jum’at, sebab itu-lah penamaan yang diberi-kan Allah di dalam Al-Qur’an, yang menunjuk-kan ada-nya kewajiban shalat Jum’at berjamaah.
Alhamdulillahnya di Indonesia nama-nama hari mengikuti penamaan Arab ini, sehingga menjadi Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, dan Sabtu. Walaupun penamaan Ahad berhasil dirubah oleh para penjajah menjadi Minggu yang berasal dari bahasa Portugis, Dominggo, yang berarti hari Tuhan. Ini berdasar-kan kepercayaan Kristen bahwa pada hari itu Yesus bangkit.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa awal hari dalam kalender qomariah/bulan dimulai dari saat terbenamnya matahari dan awal bulan komariah diawali dengan bulan sabit di saat matahari akan terbenam. Dan yang lebih “subhanallahnya” semuanya ada di dalam Al-Quran:
Awal hari dalam kalender bulan dimulai dari matahari terbenam yang dalam Al-Quran disebut waktu senja “Asy-syafaq”, bahkan Alloh swt bersumpah dengan waktu senja tersebut.
Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja (Al-Insyiqaq 84-16)

Penentuan awal bulan:
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji…(Al-Baqarah 2 : 189)
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua (Yasin 36:39)

PERHITUNGAN TAHUN HIJRIYAH

Pada masa Nabi Muhammad s.a.w. penyebutan tahun berdasarkan suatu peristiwa yang dianggap penting pada tahun tersebut. Misalnya, Nabi Muhammad s.a.w. lahir tanggal 12 Rabi’ul-Awwal Tahun Gajah (‘Am al-Fil), sebab pada tahun tersebut pasukan bergajah, Raja Abrahah dari Yaman berniat menyerang Ka’bah.
Ketika Nabi Muhammad s.a.w. wafat tahun 632, kekuasaan Islam baru meliputi Semenanjung Arabia. Tetapi pada masa Khalifah Umar bin Khattab (634-644) kekuasaan Islam meluas dari Mesir sampai Persia.
Pada tahun 638, Gubernur Irak Abu Musa al-Asy’ari berkirim surat kepada Khalifah Umar di Madinah, yang isinya antara lain: “Surat-surat kita memiliki tanggal dan bulan, tetapi tidak berangka tahun. Sudah saatnya umat Islam membuat tarikh sendiri dalam perhitungan tahun.” Khalifah Umar bin Khattab menyetujui usul gubernurnya ini. Terbentuklah panitia yang diketuai Khalifah Umar sendiri dengan anggota enam sahabat Nabi terkemuka, yaitu Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Talhah bin Ubaidillah, dan Zubair bin Awwam. Mereka bermusyawarah untuk menentukan Tahun Satu dari kalender yang selama ini digunakan tanpa angka tahun. Ada yang mengusulkan perhitungan dari tahun kelahiran Nabi (‘Am al-Fil, 571 M), dan ada pula yang mengusulkan tahun turunnya wahyu Allah yang pertama (‘Am al-Bi’tsah, 610 M).
Tetapi akhirnya yang disepakati panitia adalah usul dari Ali bin Abi Thalib, yaitu tahun berhijrahnya kaum Muslimin dari Mekah ke Madinah (‘Am al-Hijrah, 622 M).
Ali bin Abi Thalib mengemukakan tiga argumentasi.
Pertama, dalam Al-Quran sangat banyak penghargaan Allah bagi orang-orang yang berhijrah (al-ladzina hajaru).
Kedua, masyarakat Islam yang berdaulat dan mandiri baru terwujud setelah hijrah ke Madinah.
Ketiga, umat Islam sepanjang zaman diharapkan selalu memiliki semangat hijriah, yaitu jiwa dinamis yang tidak terpaku pada suatu keadaan dan ingin berhijrah kepada kondisi yang lebih baik.
Maka Khalifah Umar bin Khattab mengeluarkan keputusan bahwa tahun hijrah Nabi adalah Tahun Satu, dan sejak saat itu kalender umat Islam disebut Tarikh Hijriah. Tanggal 1 Muharram 1 Hijriah bertepatan dengan 16 Tammuz 622 Rumi (16 Juli 622 Masehi). Tahun keluarnya keputusan Khalifah itu (638 M) langsung ditetapkan sebagai tahun 17 Hijriah.
Dokumen tertulis ber-tarikh Hijriah yang paling awal (mencantumkan Sanah 17 = Tahun 17) adalah Maklumat Keamanan dan Kebebasan Beragama dari Khalifah Umar bin Khattab kepada seluruh penduduk Kota Aelia (Jerusalem) yang baru saja dibebaskan laskar Islam dari penjajahan Romawi.

HAL YANG MENJADI PERTANYAAN?
Mungkinkah kita bertanya-tanya, kalau tahun qomariyah mulai dihitung dari peristiwa hijrah, lalu KENAPA AWAL tahun tidak dimulai dengan bulan RABI’UL AWAL?

Kembali kepada penjelasan nama-nama bulan, karena pada awalnya orang-orang Arab memulai awal tahun kalender Qomariah dengan bulan Muharram, dan ketika Islam datang serta ayat At-Taubah 36-37 turun, Rasulullah pun tidak merubah nama dan urutan kalender qomariah tersebut. Dan yang jelas mulainya penghitungan tahun qomariah adalah masalah IJTIHAD para sahabat yang menyepakati dimulai dari peristiwa HIJRAH, dengan tujuan seperti yang dikemukakan Sahabat Ali Ra.

Dan beberapa hikmah dari KENAPA KALENDER HIJRIYAH DIMULAI DARI BULAN MUHARRAM yaitu:
Sebelum awal tahun Qomariah, didahulukan dengan 2 bulan suci yaitu dzulqoidah dan dzulhijah, dimana kita dianjurkan untuk banyak memperbanyak amal kebajikan dan mempersedikit amal kemaksiatan. Jadi dengan begitu diakhir tahun kita mengakhiri tahun tersebut dengan banyak BERAMAL KEBAJIKAN.

Sebelum awal tahun Qomariah ada ibadah yang sangat penting yaitu IBADAH HAJI KE BAITULLAH, jadi bagi umat Islam alangkah baiknya jika diakhir tahun ditutup dengan BERTAQARUB (lebih dekat) kepada Alloh, yaitu dengan berhaji atau berkurban bagi yang mampu, dan shaum 10 hari bulan Dzulhijah.

Di awal tahun Hijriyah di mulai juga dengan bulan yang suci yaitu bulan MUHARRAM yang dari segi penamaan lebih spesifik “muharram=yang diharamkan”. Intinya di tiga bulan ini kita diperintahkan untuk banyak beramal dan menyedikitkan maksiat sebagai tanda kita mensucikan bulan tersebut.
Di bulan muharram kita disunnahkan shaum Asyura, kita bisa memilih ingin shaumnya tanggal 9, 10, 11 atau 9, 10 atau 10 saja. insyaAlloh semua ada dalilnya.

Semoga kita bisa mengawali awal tahun hijriyah ini dengan banyak beramal kebajikan.


SEBAGAI PEMBANDING:
Makna nama-nama bulan pada kalender Matahari:
Januari terambil dari nama dewa norna “Janus”. Dewa ini mempunyai dua wajah. Yang satumelihat masa yang telah lalu dan satu lagi menatap masa depan yang penuh rahasia.

Februari berasal dari kata latin “Februna” yaitu pesta penyucian yang diselenggarakan tiap tanggal 15 Februari oleh banqsa Romawi Kuno.

Maret awalnya tercantum sebagai bulan pertama dalam kalender Julian. Kemudian barulah urutannya pada bulan ketiga seperti sekarang ini. Terambil dan nama dewa perang “mars”.

April ada yang mengatakan berasal dari nama dewa cinta Yunani “Aphrodite”.

Mei konon berasal dari kata “Mob Mayesto” dewa musim semi. Pada bulan ini diadakan festival meriah dan pemilihan ratu dan raja.

Juni terambil dari nama “Juno” dewi yang melambangkan kewanitaan dan kebahagiaan keluarga.

Juli dipilih oleh penguasa Roma, Mark Antoni dan nama “Julius Caesar” (raja Roma), sebagai penghormatan bagi Caesar yang terbunuh oleh pengawalnya sendiri Brutus.

Agustus penguasa Roma “Au-gustus” menyebut nama bulan kedelapan sesuai namanya sendiri.

September berasal dari bahasa latin untuk angka ke-tujuh yaitu “Septa’. Tatkala pada abad 8 SM pembaqian satu tahun diubah dari 10 bulan menjadi 12 bulan, September yang terletak di urutan ketujuh, kini menjadi bulan kesembilan.

Oktober diambil dari bahasa Latin: octo yang berarti ”delapan” karena dahulu kala tahun bermula pada bulan Maret.

November, dari bahasa latin untuk angka 9 “Novum’ Meskipun November (11) kini menjadi bulan ke-11, tapi namanya tidak diubah.

Desember dari bahasa latin untuk angka 10, yaitu “Decem”. Desernber adalah bulan yang ditutupi saiju dan es. Bulan ini dinamakan bulan suci karena upacara keagamaan Kristen yaitu peringatan kelahiran Yesus Kristus yang disebut Natal.


Makna nama-nama hari:
Sebagian orang percaya bahwa langit itu berlapis tujuh. ini ada kaitannya dengan tujuh benda langit yang memiliki jarak yang berbeda. maksudnya benda yang lebih cepat jaraknya dianggap lebih dekat jaraknya. lalu akan digambarkan seolah-olah benda-benda tersebut berada pada lapisan langit yang berbeda-beda dan mereka mengelilingi bumi yang berada di tengah-tengah.
Di langit pertama ada Bulan, benda langit yang bergerak cepat sehingga di anggap paling dekat.
Di langit yang kedua ditempati Merkurius ( bintang Utarid).
Di langit yang ketiga Venus (bintang kejora.
Di langit keempat Matahari.
Dilangit kelima adalah Mars (bintang Marikh).
Di langit ke enam adlah Jupiter (bintang musytari).
Di langit yang ketujuh adlah saturnus (bintang Ziarah).
Inilah keyakinan lama yang menganggap Bumi sebagai pusat semesta. Orang-orang dahulu (khususnya Romawi dan Yunani) juga percaya bahwa ketujuh benda langit itu adalah dewa-dewa yang memengaruhi kehidupan di Bumi. Pengaruh-nya bergantian dari jam ke jam, dengan urutan mulai dari yang terjauh (menurut pengetahuan mereka) yaitu Saturnus, sampai yang terdekat yakni Bulan.
Pada jam 00.00 (dari sinilah mengapa awal hari dimulai dari jam 00.00), Saturnus-lah yang dianggap berpengaruh pada kehidupan manusia.
Karena itu, hari pertama disebut Saturday (hari Saturnus) dalam bahasa Inggris, atau Sabtu dalam bahasa Indonesia. Ternyata, jika kita menghitung hari sampai tahun 1 Masehi, tanggal 1 Januari tahun 1, memang jatuh pada hari Sabtu.
Bila diurut selama 24 jam, jam 00.00 berikut-nya jatuh pada Matahari. Jadi-lah hari itu sebagai hari Matahari (Sunday).
Setelah Sunday adalah Moon (bulan) day (Monday).
Hari berikut-nya adalah Tiw’s day (Tuesday). Tiw adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewa Mars (dewa perang Romawi kuno).
Berikut-nya adalah Woden’s day (Wednesday). Woden adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewa Merkurius (dewa perdagangan Romawi kuno).
Berikut-nya lagi Thor’s day (Thursday). Thor adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewa Jupiter (dewa Petir, raja para dewa Romawi).
Terakhir adalah Freyja’s day (Friday). Freyja adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewi Venus (dewi kecantikan Rowawi kuno.


Di akhir tulisan :
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[669]. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
(Yunus 10:5)

Perhitungan tahun/waktu baik dengan menggunakan Matahari dan Bulan adalah diperbolehkan menurut Al-Qur’an, tetapi memang kita tidak dapat memungkiri bahwa perhitungan kalender Matahari disusupi dengan nama-nama Dewa walaupun kalender ini dinisbatkan kepada kelahiran Al-Masih (nabi Isa) tapi sebenarnya kalau kita pelajari lebih dalam lagi, bahwa tanggal 25 Desember adalah kelahiran dewa Horus….????Wallahua’lam

Dan sebagai seorang muslim kita harus lebih mengutamakan perhitungan berdasarkan bulan murni, karena Alloh swt dan Rasululullah Saw telah mengukuhkannya..

Penyusun:
Abu Syafaq Murtahilah
LihatTutupKomentar