Wahdaniyah fil Af'al




.وَحْدَانِيَةْ فِيْ الأَفْعَالِ
Makna wahdaniyah fil af’al kalangan ulama Ahli tauhid menyebutkan ;
فَلَا مُؤثِّرٌسِوَاهُ
تَعَالَى
Tidak ada yang memberi dampak dan akibat darisetiap yang di lakukan kecuali ketetapan Alloh ta’ala[1]

Kayu bakar yang menjadi abu saat di bakar bukan dampak dari api, melainkan dampak dari ketetetapan Allah swt. Yang menetapkan kayu gosong dan menjadi abu jika di bakar.
Kenyangnya perut bukan sebab dampak dari makanan, melainkan karena ketetapan Allah swt yang menetapkan perut terasa kenyang saat terisi makanan,
Paku besi mampu menancap pada kayu bukan karena dampak dari kekuatan si paku besi, melainkan ketetapan Allah yang melunakan kayu saat bertemu dengan paku besi,
Api bisa padam saat di siram oleh air, bukan berarti air mampu memberi dampak pada api, melainkan semua sudah diatur oleh Allah swt untuk memberi manfaat pada mahluk ciptaan-Nya

إِنَّا كُلَّ شَيْئٍ خَلَقْنَا بِقَدَرٍ
SesungguhnyaKami menciptakan segala sesuatu sesuai, ukurannya masing masing ( Al-Qamar 49 )

Dalam arti Alloh telah menetapkan hukum sebab dan akibat pada setiap benda dan mahluk yang di ciptakan-Nya dari sebelum mahluk itu terwujud, sebagaimana para Ulama memberi tafsiran :
أَيْ إِنَّا خَلَقْنَا كُلَّ شَيْئٍ مُقَدَّرًامَكْتُوْبًا فِيْ اللَّوْحِ المَحْفُوْظِ مِنَ الأَزَلِ
Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu, dengan di tetapkan kadar ukuran, sifat dan kandungannya, serta termaktub dalam lauhil mahfudz dari sejak zaman azali[2]
وَالمَعْنَىْ كُلَّ شَيْئٍ : خَلَقْنَاهُ بِقَضَاءٍ وَحُكْمٍ وَتَدْبِيْرِهِ مُحْكُمِ وَ قُوْةٍ
Makna kalimat “kulla syai’in”menjadi nasab ( karena menjadi maf’ul ) : dari fi’il yaitu : Kami menciptakan segalasesuatu dengan qadhanya, hukumnya, mengurusnya dengan teliti, serta pemenuhan makanannya[3]
Segala kegiatan yang akan mahluk Allah swt alami sudah Allah tetapkan melalui qodho, ilmu, dan juga irodah-Nya Allah swt, tidak ada satupun yang kebetulan, dan tidak ada satupun yang mampu meberi akibat, semua sudah ditetapkan dalam goresan takdir.

Dalam Kifayatul ‘Awam di jelaskan bahwa makna wahdaniyat fil‘af’al :
لَيْسَ لِأَحَدٍ مِنَ المَخْلُوْقَاتِ فِعْلٌ لِأَنَّهُ تَعَالَى الخَالِقُ لِأَفْعَالِ المَخْلُوْقَاتِ
Tidak ada bagi seorang mahluk-mahluk yang tercipta yang memiliki dampak pekerjaan, karena sesungguhnya Allah swt lah yang menciptakan segala bentuk pekerjaan mahluk sekaligus juga dampak dan akibatnya[4]
Jangan sampai kita memberikan makna pada wahdaniyat dalam af’al dengan makna
لَيْسَ لِغَيْرِ اللهِ فِعْلٌ كَفِعْلِهِ[5]
Tidak ada dari selain Allah swt pekerjaan akibat, seperti akibat dan pekerjaan yang Allah swt ciptakan,
Ugkapan seperti ini sekilas terlihat benar, jika di ungkapkan hanya sebatas “Tidak ada dari selain Allah swt pekerjaan akibat” maka ungkapan tersebut betul, namun jika di ucapkan bahwa“Tidak ada dari selain Allah swt pekerjaan akibat, seperti akibat danpekerjaan yang Allah swt ciptakan” maka ungkapan itu menyatakan bahwa mahluk juga punya daya memberi dampak dan akibat, namun tidak seperti dampak yang Allah ciptakan, Allah swt berfirman dalam Al-Quran
وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَاتَعْمَلُوْنَ
Allah yang menciptakanmu dan juga yang menciptakan apa yang kamu kerjakan ( Q.S As-Shafat 96 )
Tafsiran ayat ini adalah
أَيْ وَاللهُ جَلَّ وَعَلَاخَلَقَكُمْ وَخَلَقَ عَمَلَكُمْ وَكُلُّ أَشْيَاءَ مَخْلُوْقٌ لَهُ[6]
Allah yang maha tinggi lagi maha mulia, yang menciptakan kalian, dan yangmenciptakan segala amal perbuatan kalian, dan segala perkara adalah mahluk bagi-Nya.

Semua akibat mutlaq hanya milik-Nya, segala dampak ikhtiyar mutlaq ada dalam qodar-Nya, jalankan tugas kita sebagai hamba, untuk berikhtiyar dan berjuang, biarkan Allah yang memutuskan akibat yang pasti terjadi dari apa yang telah di tetapkan dalam setiap goresan qolam yang tergores di lauhil mahfudz, Jangan mudah emosi saat keinginan diri belum tercukupi, tetap sempurnakan usaha, kuatkan dalam do’a, serahkan hasill pada ahli-Nya, Jangan dulu kecewa saat hasilnya tak sama dengan apa yang kita pinta, karena bisa jadi rencana Allah lebih istimewa, lebih membuat hidup ini makin bahagia, dan makin manfa’at,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Siapa saja yang puncak sandaran harapanya hanya Allah swt, maka Allah lah yang mencukupi kehidupannya, ( Q.S Ath-Thalaq 3 )

Jalani ikhtiyar dengan hati yang lebih sabar, terima yang sudah ada di genggaman dengan lebih bersyukur, fokuskan sandaran hati hanya pada-Nya yang maha megatur, Dzat yang maha menciptkan segala mahluknya dengan komposisi dan sifat yang terukur,

Inspirasi dari nadzom K.H Mama Khair Affandy
*Hiji Alloh damelna keiu hartina # Lian Alloh te boga tapak damelna,
*Seuneu henteu boga tapak damel tutung # Nu dagang te boga tapak nyieun untung[7]

[1] Ummul Barohin hlm 91
[2] Tafsir Sofwatut Tafassir jilid 3 hlm272
[3] Tafsir As-Shawi jilid 4 hlm 151
[4] Kifayatul ‘Awam hlm 41
[5] Kifayatul ‘Awam hlm41
[6] Tafsir Sofwatut Tafassir jilid 3 hlm35
[7]Nadzom Sunda Majmu’atul ‘Aqidah hlm 49
LihatTutupKomentar