** HARGA DIRI **



Klaim yang mengatakan bahwa “keindahan tubuh wanita layak diekspos merupakan simbol kebebasan dan kemajuan perempuan” adalah pernyataan yang berasal dari mulut orang-orang yang bernafsu menodai dan menghancurkan perempuan serta menjadikannya komoditas yang dapat dipermainkan sesuka hati mereka.

Lihatlah iklan dari suatu jenis barang pada kebanyakan channel televisi diperagakan oleh wanita yang auratnya terbuka. Hal ini merupakan upaya melecehkan harga diri kaum wanita.

Menampakkan kecantikan dan kemolekan tubuh dihadapan khalayak, hanya semakin mempertinggi puncak kehinaan dan kebejatan moral wanita yang sudah jauh dari agamanya.

Namun, dari sekian banyak wanita yang tersesat ada segelintir yang tersadar.

Suatu ketika seorang artis diminta memerankan adegan tak senonoh di depan kamera. Ia berteriak lantang kepada sang sutradara, ”Hai anjing, kalian kaum pria tidak menginginkan dari kami para wanita kecuali tubuh kami semata, agar kalian menjadi konglomerat.”

Kemudian wanita itu menangis. Tak lama kemudian dia mengucapkan selamat tinggal kepada dunia yang telah membesarkannya itu.

Kisah lainnnya,

15 tahun aku bergelut sebagai penari dengan pakaian (maaf) semi telanjang. Pada suatu hari aku menari di salah satu hotel terkenal. Pada saat itu aku merasa diriku bagai sebuah bangkai yang bergerak kesana kemari. Untuk pertama kali aku merasa malu.

Lalu ku tinggalkan tempat laknat itu sambil menangis. Aku berlari sekuat tenaga menuju kamarku. Hatiku diliputi berbagai macam perasaan yang tidak pernah aku alami selama hidupku. Kemudian aku berwudhu dan shalat. Pada saat itu ku rasakan kedamaian dalam hatiku.

Sejak itu aku mengenakan hijab. Cemoohan dan hinaan kerap menghujaniku. Namun aku tak bergeming. Kini aku telah menjadi seorang ibu dan hidup bahagia bersama suami dan anak-anakku.

Demikianlah,

Sesungguhnya wanita yang berakal tidak akan pernah menjual dan memamerkan ‘perhiasannya’ (baca: kecantikan dan kemolekannya). Dia sadar bahwa dirinya bukanlah mainan cantik yang layak dijadikan konsumsi
LihatTutupKomentar